-->

Sunday, April 28, 2013

Di Jalan Dakwah Aku Menikah

“Ustaz, ana bersedia untuk bernikah”
“Baguslah kalau macam itu, Ustaz akan tolong nta”
"Nta kena ingat Mat, Pernikahan nta ini, bukan mengenai kisah "cinta nta dengan muslimat" itu, tapi ia lebih dari itu.."
"Apa maksud Ustaz?"
"Maksud ana, pernikahan ini perlu seiring dengan jalan yang kita pilih ini... JALAN DAKWAH"
Itulah antara bual bicara Mat dengan Murobbinya Ustaz Ali….

Perbincangan ini bukanlah soal yang remeh, bukanlah soal yang kecil, ia adalah pembicaraan yang sangat serious. Ya, Serious.

Apabila ada di kalangan muslimin mahupun muslimat seawal tahun pertama dalam kehidupan kampus mula berbicara mengenai hal-hal baitul muslim ataupun soal-soal perkahwinan, itu adalah perkara yang biasa selari dengan fitrah yang telah diciptakan Allah SWT. Manusia, baik lelaki atau perempuan memiliki rasa suka atau tertarik pada lawan jenis. Sesuai dengan sabda Nabi SAW.

Tidak ada yang dapat dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan” (HR. Hakim)

Islam menjadikan pernikahan sebagai langkah terhormat untuk meraikan perasaan kasih sayang di antara dua jenis dan mengangkatnya sebagai ibadah yang cukup mulia.

Anas bin Malik meriwayatkan daripada Nabi SAW., “Apabila seseorang melaksanakan pernikahan, bererti dia telah menyempurnakan separuh (1/2agamanya, maka hendaklah dia menjaga separuh yang lain dengan bertaqwa kepada Allah” (HR. Baihaqi)
Bahkan Islam mencela mereka yang,
1.     Ingin beribadah seolah rahib
2.    Melambatkan pernikahan apabila sudah mampu
3.    Bermaksiat kepada Allah SWT.

Sabda Nabi SAW, “Barangsiapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian dia tidak menikah maka dia bukan termasuk umatku” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Sungguh, ini merupakan arahan Nabi SAW. kepada para pemuda dan para salaf merasakan sungguh terhina hidup membujang. Pernikahan adalah sunnah para Nabi sejak zaman datuk kita Nabi Adam ‘alaihissalam. Ingatlah pesan Imam Malik, “Seandainya saya akan mati beberapa saat lagi, sedangkan isteri saya sudah meninggal dunia, maka saya segera menikah lagi.”

Ramai di kalangan pemuda yang berdalih untuk tidak menikah dengan alasan yang biasa di dengar, “belum mampu”. Lalu mereka meletakkan beberapa lagi kriteria untuk mendokong alasan “belum mampu” seperti belum kerja tetap, belum memiliki rumah, ekonomi belum stabil dan pelbagai lagi bentuk kekhawatiran. Kesimpulannya, mereka mengira pernikahan ibarat seorang accountant yang mengira untung-rugi, kenaikan kos dan pembentangan budget tahunan.
Bukankah Islam telah membebaskan anda daripada belenggu materialisme ?

Bukankah Islam mengajarkan bahwa ukuran terhadap sesuatu dasarnya bukan pada material ?
Ya memang kita perlu kepada material, tetapi material bukanlah penyebab kepada kebahagiaan atau kesengsaraan ! Jika material yang menjadi jaminan kepada berlangsungnya sebuah perkahwinan, nescaya sesudah anda menikah anda akan terus berkira-kira akan segala ketidak-cukupan yang bakal mendatang.

Allah SWT. memberikan khabar gembira kepada para pemuda dan pemudi yang menyahut seruan untuk berumah-tangga dan bersama-sama menempuh bahtera bahagia. Perhatikanlah firman Allah SWT. berikut yang akan membuang perasaan kekhawatiran anda jauh-jauh,
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kahwinkanlah orang-orang bujang (lelaki dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang soleh dari hamba-hamba kamu, lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurniaNya kerana Allah Maha Luas (rahmatNya dan limpah kurniaNya), lagi Maha mengetahui. (QS. An-Nur: 32)

Allah SWT. memberikan jaminan kepada orang-orang bujang yang memilih jalan yang syar’ie dengan kemampuan yang perlu bahwa mereka terbebas daripada kemiskinan.

Jika anda khawatir merasakan rezki tidak cukup untuk makan berdua, Nabi SAW. memberikan gambaran yang praktis,
Makanan dua orang dapat mencukupi tiga orang, dan makanan tida orang dapat mencukupi empat orang.” (HR. Bukhari & Muslim)

Berkata Saidina Umar al-Khattab ra., “Saya sangat takjub dan hairan dengan orang-orang yang tidak menikah kerana takut miskin, dan tidak mahu mencari kekayaan melalui perkahwinan padahal Allah telah menjaminnya.”

Landasan pernikahan, biarlah kerana dakwah
Apakah hal yang membezakan anda da’ie ilallah dengan selainnya ?
Bukankah anda yang pertama meyakini maratibul ‘amal yang dipelajari seawal mendengar usrah dan seterusnya anda kehulur-kehilir menyebarkan risalah yang mulia ini agar tiada hujah yang dapat mengatakan anda menyimpannya ?

Justru, usah menjadi orang yang terkemudiannya membelakangi risalah yang bermuat kebenaran ini sesudah kita mengajak manusia merealisasikan ajaran-ajaran Rasulullah SAW.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan keterangan (saksi dan bukti) yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS. Al-Baqarah: 140)

Pada pernikahan itu terdapat pelbagai kepentingan terhadap Islam & Dakwah. Sedarlah bahwa hal ini merupakan persoalan penting yang perlu anda tanyakan kepada diri anda untuk merungkai pelbagai kemaslahatan dakwah & tarbiyah yang akan hadir selanjutnya. Jagan dibiarkan syaithan menguasai diri anda disebalik pelbagai janji-janji keindahan dan kenikmatan dan angan-angan dengan tawaran pemuasan syahwat yang takkan kunjung sudah.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Menikahlah di jalan dakwah kerana padanya terbentang kemuliaan dan keberuntungan di dunia & akhirat.
KatakanlahInilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata.” (QS. Yusuf: 108)

Di atas jalan ini Ummu Sulaim menerima pinangan Abu Thalhah yang masih musyrik dengan tawaranan jaminan keimanannya. Sungguh Ummu Sulaim tidak melakukan hal ini melainkan kerana memprirotikan maslahah dakwah. Jalan ini jugalah yang mempertemukan Saidina Ali ra. dan Fatimah Az-Zahrah dan dari mereka lahir cucu-cucu pemberani membela Islam. Jalan inilah yang menghantarkan ramai para sahabat untuk membina baitul muslim yang berorientasikan kepada Ibadah kepada Allah SWT dan menegakkan kedaulatan Islam di muka bumi.
Menikahlah di jalan dakwah.

Pasangan yang sesuai
Memang tidak dinafikan, drama, movie dan iklan-lah yang banyak membentuk pola berfikir kita meskipun sudah sekian lama berada di jalan dakwah, hati kita masih terusik dengan angan-angan dan panggilan syahwat. Apatah lagi apabila rancangan TV kita berbaur dengan sinetron Indonesia, hinggakan ada yang berfikir mahu mengahwini muslimat Indonesia, seperti Oki Setiadewi. Bukan kerana majunya dakwah PKS, tetapi kerana rupa.
Perempuan itu dinikahi kerana empat (4) hal, iaitu kerana hartanya, keturunannya, kecantikannya atau kerana agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu.” (HR. Bukhari & Muslim)

Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita solehah. (HR. Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah. Ahmad dan lainnya)

Ustaz Cahyadi Takariawan mengajarkan kita hal ini dalam pemilihan pasangan:
Pernikahan akan bernilai dakwah apabila dilaksanakan sesuai sesuai dengan tuntutan Islam di satu sisi, dan menimbang kemaslahatan dakwah dalam setiap langkahnya, pada sisi yang lainDalam memilih jodoh, difikirkan kriteria pasangan hidup yang bernilai optimal bagi dakwah. Dalam menentukan siapa calon jodoh tersebut, dipertimbangkan pula kemaslahatan secara lebih luas. Selain kriteria umum sebagaimana tuntutan fikih Islam, pertimbangan lainnya adalah:
Apakah pemilihan jodoh ini memiliki implikasi kemaslahatan yang optimal bagi dakwah, ataukah sekadar mendapatkan kemaslahatan bagi dirinya ?” 

Semua orang inginkan yang cantik seperti pelakon Sinetron atau model iklan shampoo, kasut dan sikat rambut.
Tetapi hal ini bukanlah semudah memilih baju yang paling cantik untuk dipakai lalu dibayar harganya ! tanpa memikirkan maslahah Islam yang lebih besar contohnya mengahwini akhowat yang lebih mendesak keperluannya untuk mendirikan Baitul Muslim.
Rasulullah SAW. pernah bertanya kepada Jabir ra.,
Mengapa tidak (menikah) dengan seorang gadis yang dapat engkau cumbu dan dapat mencumbuimu ?” (HR. Bukhari & Muslim)
Lantas Jabir ra. menjawab dengan fikrah yang jelas setelah bersama program tarbiyah Nabi SAW.,
Wahai Rasulullah, saya memiliki saudara-saudara perempuan yang berjiwa keras, saya tidak mahu membawa yang keras juga kepada mereka. Janda ini saya harapkan mampu menyelesaikan persoalan tersebut,” kata Jabir. “Benar katamu,” jawab Nabi SAW.
Sungguh Jabir ra. boleh sahaja memilih gadis muda dan cantik dengan tetapi dia ingin menyampaikan satu pelajaran yang khusus buat kita semua bahwa kemaslahatan dakwah lebih tinggi dibandingkan menikahi model sinetron.

Umar al-Khattab ra. melakukan hal yang sama ketika ingin mengahwinkan anaknya ‘Asim. Kisah ini sangat mashyur, yakni kisah seorang gadis (Zaujah ‘Asim) yang enggan mencampurkan susu dengan air. Hanya perempuan yang benar-benar takut kepada Allah SWT. menjadi pilihannya. Barokah daripada pernikahan ini, lahir cucu ‘Asim bernama Umar bin Abdul ‘Aziz – semoga Allah merahmatinya.
Wahai da’ie di jalan Allah SWT.,
Berfikirlah hal-hal yang besar daripada sekadar membelek-belek mencari manfaat untuk dirimu sahaja. 

Pernikahan kita pada hari ini, esok atau lusa, bukan mengenai kisah "cinta dia dan kita" tapi, ia lebih dari itu.

"Di Jalan Dakwah Aku Menikah"

والله أعلمُ بالـصـواب



Sumber Utama: http://dakwah.info/supplemen/menikahi-pasangan-yang-sesuai/


Hai, thank you for visiting my blog. Hope my sharing gives some good info and benefit for you. Do drop some comments bellow to share your thought and share this article with your circle ke.

1 comments:

  1. awesome.. saya setuju sangat2.. perkara ini perlu diperluaskan lagi dalam kalangan masyarakat..

    ReplyDelete

Subscribe Us


Start Work With Me

Contact Us
KAIZAN NAZLAN
+60194501495
Kuala Lumpur, Malaysia